Menyikapi kabar HOAX Penculikan Anak di Media Social

Baca Juga

.com - Menyikapi kabar HOAX Penculikan Anak di MedSos. Saat ini media social sering dijadikan ajang layaknya kampanye gratis bagi keperluan sepihak, entah perorangan maupun kelompok. Banyak berita-berita HOAX yang belum teruji kebenarannya namun ketika sudah hingga di depan layar ponsel pengguna media social tentunya akan lain dari sisi persepsi, balasan dan opini yang dipahami setiap individu.

Beberapa ketika lalu, bahkan hingga ketika opini ini ditulis oleh admin, banyak sekali jikalau anda lihat di medi social menyerupai Facebook, Twitter, Instagram, Google plus dan lain sebagainya yang menayangkan sebuah secreenshot wacana seseorang yang dihakimi oleh warga sebagai terduga penculikan anak, Terlepas dai benar tidaknya gambar yang ditampilkan dengan disertai narasi deskripsi yang seakan mendorong opini publik bahwa hal tersebut benar-benar terjadi dan menjadi suatu ancaman yang serius serta perlu 'disebar-luaskan'.

penculikan anak informasi hooax

Tentunya bagi (maaf) 'para Terpelajar' akan selalu selektif dengan segala opini yang ada di media social, bahkan dengan gambar yang seakan diberi 'bumbu penyedap' kata yang seperti hal tersebut harus dijadikan serius dan ditindak lanjuti. Seiring dengan banyaknya Hoax atau informasi bohong yang dibesar-besarkan di medsos ketika ini memang rawan terjadi mis-komunikasi antara satu dengan yang lainnya, bahkan dengan sahabat sendiri mungkin saja terjadi perdebatan sengit dalam menanggapi sebuah gambar yang dishare di media social.

Dalam terminologi bahasa, Hoax merupakan kabar dari seseorang yang disebar tanpa adanya bukti otentik dan mempunyai tujuan terselubung didalamnya. Hoax atau informasi miring yang tidak mendasar di media social mampu dengan mudah menghipnotis sikap, sifat, penalaran, emosi, empati dan rasa simpati seseorang terhadap sesuatu. Dengan pengaruh Hoax pula Opini masyarakat mampu digiring sedemikian rupa oleh si penyebar Hoax sesuai dengan keahlian si pembuat kata-kata Hoax dalam merangkai sebuah kalimat pemicu.

Kembali ke topik wacana penculikan Anak, ketika ini memang terlalu gencar dengan aneka macam sharing ulang berantai dari satu akun ke akun lain di media terbesar menyerupai Facebook, dimana banyak isi gambar Hoax tersebut disertai gambar dan diberikan ciri-ciri spesifik wacana si Pelaku menyerupai 'Orang Gila', 'Wanita bercadar', 'busana muslim seksi', 'Pengemis' dan ciri-ciri perilaku seseorang lainnya, dimana hal tersebut secara tidak pribadi akan menggiring opini publik bahwa 'kebanyakan' orang-orang dengan ciri itulah yang harus diwaspadai dan perlu 'diintrogasi'.

Menyikapi Hoax Penculikan Anak





Pelu diketahui, Bahwa informasi yang tersebar ketika ini di Media Social wacana maraknya Penculikan Anak sebagian besar yaitu Hoax dan tidak mampu dipertanggung jawabkan kebenarannya. Hal tersebut sejalan dengan keterangan beberapa lembaga menyerupai Kepolisian, KPAI (Komisi Perlindungan Anak) dan Lembaga swadaya masyarakat lainnya yang dengan terang menyatakan sebagian besar informasi itu yaitu informasi Bohong daripada Kebenarannya di Lapangan.

Banyak Para pelaku Hoax Pertama kali, entah itu perorangan atau kelompok, entah itu urusan pribadi atau Politik yang admin sendiri tidak ingin mempermasalahkan hal tersebut, memang secara garis besar ingin menciptakan rasa Resah dan ketidak tenangan di Masyarakat sebab ada isu sensitif berupa Penculikan Anak. Seandainya saja isu itu bukan duduk perkara penculikan anak, menyerupai isu politik tentunya tidak akan banyak membuat bingung elemen masyarakat yang mencintai anggota keluarga mereka (dalam hal ini anak-anak).

Isu sensitif yang tersebar di media social bergulir dengan cepat, dari seseorang yang sempat membaca Hoax hingga yang diberitakan oleh si pembaca juga akan bereaksi dan beropini dnegan tingkat penalaran masing masing. Hal ini tentu lebih berbahaya, sebab orang lain yang hanya diberitahu secara mulut apalagi 'dibumbui' dengan kalimat 'heroik' penculikan anak tentunya akan membuat mereka merasa jengkel dan marah tanpa ada filter lagi oleh budi sehat.





Banyak sekali diberitakan bahwa ketika ini orang-orang gila di aneka macam kawasan menjadi target penangkapan oleh beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai asumsi bahwa orang yang 'berlagak' gila tersebut yang ketika ini banyak melaksanakan penculikan anak kecil. Walau pada kenyataannya ketika ini sangat Minim sekali informasi dari pihak kepolisian yang benar-benar menunjukkan data valid wacana orang gila yang menculik anak, malah sebagian besar lembaga kepolisian menginformasikan ke media bahwa banyak salah tangkap dan salah sangka terhadap orang gila yang tertangkap dan dikeroyok oleh masyarakat gara-gara 'diasumsi' bercirikan sebagai penculik anak.

Berbagai sikap anarkis di masyarakat menyikapi beredarnya Hoax penculikan anak tentunya harus disikapi oleh beberapa pihak menyerupai Terjunnya Aparat kepolisian ke masyarakat, Perangkat Pemerintahan, perangkat Desa dan beberapa lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk memberitahukan kebohongan informasi tersebut. Jangan hingga Hoax dari Social media menjadi menu utama masyarakat daripada filter yang dilakukan pegawanegeri pemerintah dan kepolisian itu sendiri. Membentengi moral serta Agama dalam keluarga juga menjadi salah satu perjuangan utama memfilter segala informasi Hoax yang ketika ini sudah semakin memprihatinkan di aneka macam media.

Sumber http://www.detikinfo.com

0 Response to "Menyikapi kabar HOAX Penculikan Anak di Media Social"

Post a Comment